I LOVE INDONESIA

I LOVE INDONESIA

Rabu, 07 Maret 2012

profesi kependidikan (guru pembelajar)


PROFESI PENDIDIKAN
GURU PEMBELAJAR
Dosen Pembimbing : Prof. Dr. H. Abdul Madjid Latief, MM, M.Pd.



Disusun Oleh :

Siti Sofiah (1001105060)


PENDIDIKAN EKONOMI ADMINISTRASI PERKANTORAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PROF.DR.HAMKA
2012
 
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadiran Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-NYA yang begitu besar sehingga penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul ”Guru Pembelajar”.
Makalah ini dikerjakan untuk melakukan tugas yang diberikan oleh Dosen saya yang bernama Prof.Dr.H. Abdul Madjid Latief, MM, M.Pd.  pada jurusan Ekonomi Administrasi Perkantoran, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Prof.Dr.Hamka.
Penyusun mengucapkan trima kasih kepada:
1.Bapak Prof. Dr. H. Abdul Latief, MM, M.Pd. selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan  waktu  dalam kesibukan beliau dan dengan sabar memberikan arahan,pengetahuan serta bimbingan kepada penyusun sehingga sangat membantu dalam pembuatan makalah ini.
2.Teman-teman yang telah membantu serta berkerja sama selama ini.
3.Kepada semua pihak yang telah banyak  membantu penyusun.
Secara khusus penyusun ingin mengucapkan terima kasih kepada Bapak,ibu dan juga keluarga yang telah sabar memberikan bimbingan dan dukungan sekaligus esbagai pendorong utama untuk dapat menyelesaikan makalah ini.
Akhirya penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.karena itu saran kritik dan masukan dari berbagai pihak sangat penyusun harapkan.

Jakarta 27 Februari 2012
                                                                                                           
Penyusun        
A.                                                                                                                   PENDAHULUAN
Tugas guru merupakan sebuah tugas yang begitu mulia dalam kehidupan. Seorang guru selain sebagai pendidik juga mengemban tugas menanamkan nilai-nilai kehidupan yang penting dan secara universal baik kepada generasi muda untuk membangun masa depan dunia yang lebih baik dan demi pembangunan berkelanjutan (sustainable development) yang memulaikan kemanusiaan (advance of humanity).
Apa yang akan terjadi dengan masa depan dunia salah satunya adalah menjadi tanggung jawab guru untuk mempersiapkan generasi muda untuk membangun masa depan yang lebih baik. Signifikansi dari pendidikan adalah mencetak siswa menjadi lifelong learner. Untuk itu seorang guru harus menjadi pembelajar pula.
Mandat dari pendidikan adalah mendidik manusia yang berakhlak mulia dan pembangunan seutuhnya sehingga kesejahteraan manusia tercapai. Dalam hal itu yang mendapatkan peran penting untuk melakukan perubahan adalah di tangan guru sebagai pendidik, motivator, dan fasilitator bagi para peserta didik kita agar bisa menjadi teladan, yang tanggap akan perubahan baik global dan lokal, menjadi generasi yang mentoleransi perbedaan dalam masyarakat yang multikultural, serta generasi yang mampu menjaga keberlangsungan lingkungan agar bumi menjadi tempat tinggal yang semakin nyaman untuk ditinggali.
Demikian pentingnya peran guru sebagai agent of change adalah selalu tak letih melakukan inovasi dalam praktek belajar dan pembelajaran dalam dengan memanfaatkan segala fasilitas dan prasarana sekolah yang ada, tetap berinovasi walaupun dalam kondisi keterbatasan. Sehingga hasil maksimal adalah menyiapkan generasi muda untuk masa depan yang lebih baik tetap tercapai.
Dalam menjalankan peran sebagai guru, seorang  guru adalah memfasilitasi praktek pembelajaran. Praktek pembelajaran bukan hanya belajar untuk latihan tentang apa ilmu yang sedang dipelajari melainkan memfasilitasi murid-murid untuk berpikir lebih dalam dan kritis bukan hanya mengenai Apa (what) tetapi mengantarkan murid mempertanyakan mengapa (why)dan bagaimana ( how).
Cara guru agar membawa dan memfasilitasi murid-muruidnya agar berfikir lebih dalam dan kritis adalah seorang guru hendaknya menjadi sosok guru yang pembelajar pula. Lifelong learner bukan hanya milik siswa atau peserta didik  melainkan keharusan bagi guru itu sendiri juga.

B.     GURU PEMBELAJAR
Kata “Guru” berasal dari bahasa Sansekerta yang juga berarti guru, tetapi secara harfiah artinya adalah berat. Guru adalah seorang pengajar suatu ilmu. Dalam bahasa Indonesia, guru umumnya merujuk kepada pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik.
Menurut Purwanto (2000:12) guru ialah orang yang pernah memberikan suatu ilmu atau kepandaian kepada seseorang atau sekelompok orang. Sedangkan menurut Ahmad Tafsir (2004:45) mengemukakan pendapat bahwa guru ialah orang-orang yang bertanggung jawab terhadap perkembangan anak didik dengan mengupayakan perkembangan seluruh potensi anak didik, baik potensi afektif, kognitif maupun psikomotorik. Sedangkan untuk kata   “ Pembelajar ” berarti adalah orang yang mempelajari.
Guru yang pembelajar adalah guru yang tak letih untuk memberi suatu ilmu kepada peserta didiknya dan selalu belajar  dan mengembangkan metode juga praktek pembelajaran yang efektif bagi peserta didik. Mendidik peserta didiknya dan mempersiapkan generasi demi generasi untuk menjadi manusia yang mampu menjaga rahmat alam dan kehidupan demi masa depan yang lebih baik. Dan guru pembelajar mampu mengubah dunia ditangannya.
Guru pembelajar juga merupakan sosok guru yang dapat mengembangkan dirinya melalui profesinya dan tak malu dan canggung untuk selalu belajar secara total dan berusaha melakukan hal yang terbaik dari waktu ke waktu atau dengan kata lain adalah kemauan seorang guru untuk terus melakukan pembelajaran dirinya dalam setiap melakukan aktifitas tersebut.

Guru sebagai manusia pembelajar juga merupakan seseorang  yang senantiasa melakukan self assessment untuk mengetahui kekurangan diri, menentukan aspek yang perlu dikembangkan, melakukan upaya (belajar) berkelanjutan untuk mencapai pengembangan yang diinginkan.

Manusia pembelajar adalah manusia yang menjadikan belajar sebagai bagian dari hidupnya. Sebagaimana Danim (2003: 6) menyatakan: “Manusia pembelajar adalah orang-orang yang menjadikan kegiatan belajar (proses mengubah tingkah laku menuju kondisi hidup yang lebih baik) sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidupnya.

Sebagai pembe1ajar, guru pasti harus secara terus-menerus belajar dalam rangka menyegarkan kompetensinya serta meningkatkan kualitas profesionalnya. Peran-peran lama yang harus berubah dan ditinggalkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran, yaitu:
1.      Dari sebagai penyampai pengetahuan, sumber informasi, ahli materi dan sumber segala jawaban berubah menjadi fasilitator pembelajaran, pelatih, dan mitra belajar.
2.      Peran mengendalikan dan mengarahkan semua aspek pembelajaran, berubah peran menjadi pemberi lebih banyak alternative dan tanggung jawab kepada setiap siswa dalam proses pembelajaran. Selain itu, siswa juga perlu diarahkan untuk berubah ketika mengikuti proses pembelajaran berlangsung,misalnya : dari penerima informasi (pasif) menjadi partisipan yang aktif dalam pembelajaran, dari hanya mampu mengungkap kembali pengetahuan (penghafal) berubah menjadi siswa yang dapat menghasilkan (menemukan) berbagai ilmu pengetahuan dan dari siswa pembelajar individual (soliter) menjadi siswa pembelajar yang kolaboratif dengan siswa lain.
C.     KEMAMPUAN DASAR
Menurut Surya (1993) Kemampuan adalah kapasitas seorang individu untuk melakukan beragam tugas dalam suatu pekerjaan.dengan kata lain kemampuan adalah sebuah penilaian terkini atas apa yang dapat dilakukan seseorang.
Menurut Chaplin (1997:34) “Ability (kemampuan)” merupakan tenaga (daya kekuatan) untuk melakukan suatu perbuatan. Dan Robbins (2000:46) mengemukakan bahwa kemampuan bisa merupakan kesanggupan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau peraktek.
Dari pengertian-pengerian diatas dapat disimpulkan bahwa kemampuan dasar adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.
Cooper (dalam Zahera, 1997) mengemukakan bahwa guru harus memiliki kemampuan dalam merencanakan pengajaran, menuliskan tujuan pengajaran, menyajikan bahan pelajaran, memberikan pertanyaan kepada siswa, mengajarkan konsep, berkomunikasi dengan siswa, mengamati kelas, dan mengevaluasi hasil belajar.

untuk itu ada sepuluh kemampuan dasar yang harus di miliki oleh guru antara lain :
a.    Mengembangkan Kepribadian :
1).       Bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa
2).       Berperan dalam masyarakat sebagai warga negara yang berjiwa Pancasila
3).       Mengembangkan sifat-sifat terpuji yang dipersayaratkan bagi guru
b.   Menguasai Landasan Pendidikan :
1).       Mengenal tujuan pendidikan untuk pencapian tujuan pendidikan Nasional
2).       Mengenal sekolah dalam masyarakat
3).       Mengenal prinsip-prinsip psikologi Pendidikan yang dapat dimanfaatkan pendidkan dalam PBM
c.    Menguasai bahan pengajaran :
1).       Menguasai bahan pengajaran kurikulum
2).       Menguasai bahan pengajaran
d.   Menyusun program pengajaran :
1).       Menetapkan tujuan pembelajaran kurikulum
2).       Memilih dan mengembangkan bahan pengajaran
3).       Memilih dan mengembangkan strategi belajar mengajar
4).       Memilih dan mengembangkan media pembelajaran yang sesuai
5).       Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
e.    Melaksanakan program pengajaran :
1).       Menciptakan iklim belajar mengajar yang sehat
2).       Mengatur ruang beajar
3).       Mengelola interaksi belajar mengajar
4).       Memilih dan memanfaatkan sumber belajar

f.    Menilai Hasil Dan Proses Belajar Mengajar Yang Telah Dilaksanakan:
1).       Menilai prestasi murid untuk kepentingan pengajaran
2).       Menilai proses belajar mengajar yang telah dilaksanakan
g.   Menyelenggakan Program Bimbingan :
1).       Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
2).       Membimbing siswa yang kelainan dan berbakat khusus
3).       Membimbing siswa untuk menghargai pekerjaan di masyarakat
h.   Menyelenggarakan Administrasi Sekolah :
1).       Mengenal pengadministrasian kegiatan sekolah
2).       Melaksanakan kegiatan administrasi sekolah
i.     Berinteraksi Dengan Sejawat Dan Masyarakat :
1).       Berinteraksi dengan sejawat untuk meningkatkan kemampuan profesioanal
2).       Berinteraksi dengan masyarakat untuk penuaian misi sekolah
j.     Menyelenggarakan Penelitian Sederhana Untuk Keperluan Pengajaran :
1).       Mengkaji konsep dasar penelitian ilmiah
2).       Melaksanakan Penelitian sederhana
D.    PILAR PEMBELAJARAN
Untuk dapat melakukan pengembangna diri secara optimal, guru perlu menjadi sosok pembelajar. Dan seharusnya senantiasa melakukan self-assessment,untuk mengetahui kekurangan diri, menentukan aspek yang di kembangkan,melakuakan upaya belajar berkelanjutan untuk mencapai pengembangan yang diinginkan. Untuk itu Prof. Dr. Sudarwan Danim (2003:7) mengemukakan bahwa terdapat lima pilar untuk menjadi manusia pembelajar antara lain :
a).       Rasa ingin tahu
bila manusia memiliki rasa ingin tahu yang tinggi pastinya ia akan selalu belajar untuk menjawab rasa ingin tahunya dan memperluas pengetahuannya.
b).       Optimis
dalam melakukan sesuatu dituntut untuk optimis akan berhasil, kalaupun gagal jangan lelah untuk mencoba.
c).       Konsisitensi
dalam melakukan pembelajaran haruslah dilakukan dengan konsisten agar mencapai tujuan yang diharapkan atau yang diinginkan.
d).      Keikhlasan
orang yang iklas dalam melakukan sesuatu pastinya tidak akan mengenal lelah dan selalu berusaha, ia pasti bergairah dalam melakukan sesuatu, menikmati keadaan apapun dalam proses pembelajaran merupakan bagian dari keikhlasan.
e).       Visioner
Model berfikir tinggi melebihi orang rata-rata. berfikir jauh kedepandan tidak memikirkan hasil yang cepat tapi benar-benar berproses sampai terjadi.

E.     KOLABORASI DAN KOLEGIALITAS
Kolaborasi merupakan istilah umum yang sering digunakan untuk menggambarkan suatu hubungan kerja sama yang dilakukan pihak tertentu. Sekian banyak pengertian dikemukakan dengan sudut pandang beragam namun didasari prinsip yang sama yaitu mengenai kebersamaan, kerja sama, berbagi tugas, kesetaraan, tanggung jawab.
Berdasarkan kamus Heritage Amerika (2000), kolaborasi adalah bekerja bersama khususnya dalam usaha penggambungkan pemikiran. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukanan oleh Gray (1989 : 67) menggambarkan bahwa kolaborasi sebagai suatu proses berfikir dimana pihak yang terlibat memandang aspek-aspek perbedaan dari suatu masalah serta menemukan solusi dari perbedaan tersebut dan keterbatasan padangan mereka terhadap apa yang dapat dilakukan.
Sedangkan kolegialitas berasal dari kata kolega yang berarti teman sejawat, kawan sepekerjaan sedangkan kata kolgial berarti sifat seperti teman sejawat. Dan pengertian kolegialitas adalah rasa solider sesame teman sejawat.
Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya bahwa guru adalah manusia pembelajar dan guru harus mengembangkan diri, dan juga di tuntut untuk saling bekerja sama dengan teman sejawat/sesame guru. Sebagai profesi pendidik guru harus melakukan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan bedasarkan konsep kolegialitas .

F.      GLOSARIUM
sustainable development : pembangunan berkelanjutan
advance of humanity : memuliakan manusia
lifelong learner : seumur hidup belajar
agent of change : agen perubahan
self assessment : penilaian diri
PBM : proses belajar mengajar
Kolaborasi : hubungan kerja sama
Kolegilitas : teman sejawat
G.    KESIMPULAN
Manusia pembelajar adalah manusia yang menjadikan belajar sebagai bagian dari hidupnya, Manusia pembelajar adalah orang-orang yang menjadikan kegiatan belajar (proses mengubah tingkah laku menuju kondisi hidup yang lebih baik) sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidupnya.
Kemampuan dasar adalah kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya.
Terdapat lima pilar untuk menjadi manusia pembelajar yaitu : rasa ingin tahu, optimis, keikhlasan, konsistensi dan pandangan visioner.
Guru adalah manusia pembelajar dan guru harus mengembangkan diri, dan juga di tuntut untuk saling bekerja sama dengan teman sejawat/sesame guru. Sebagai profesi pendidik guru harus melakukan pengkajian pembelajaran secara kolaboratif dan berkelanjutan bedasarkan konsep kolegialitas.

H.    SOAL PILIHAN GANDA
1.      Kata “Guru” berasal dari bahasa …
a.      Sansekerta
b.      Arab
c.       Spanyol
d.      Cina
2.      Manusia pembelajar adalah orang-orang yang menjadikan kegiatan belajar (proses mengubah tingkah laku menuju kondisi hidup yang lebih baik) sebagai bagian dari kehidupan dan kebutuhan hidupnya, pernyataan tersebut dikemukakan oleh …
a.       Surya
b.      Prof. Dr. Sudarwan Danim
c.       Zahera 
d.      Gray
3.      Di bawah ini yang bukan merupakan 10 kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru adalah …
a.       Mengembangkan kepribadian
b.      Menyelenggarakan program bimbingan
c.       Bersikap pasif
d.      Berinteraksi dengan sejawat dan masyarakat
4.      Di bawah ini yang bukan merupakan pilar untuk menjadi manusia pembelajar menurut Prof. Dr. Sudarwan Danim antara lain …
a.       Optimism
b.      Konsistensi
c.       Pandangan visioner
d.      Pesimis
5.      Dalam kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru terdapat kemampuan untuk melaksanakan program pengajaran yang terdiri dari ...
a.      Memilih dan memanfaatkan sumber belajar
b.      Mengenal kegiatan pengadmnistrsian sekolah
c.       Mengkaji konsep dasar penelitian sekolah
d.      Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
6.      Kecakapan atau potensi menguasai suatu keahlian yang merupakan bawaan sejak lahir atau merupakan hasil latihan atau praktek dan digunakan untuk mengerjakan sesuatu yang diwujudkan melalui tindakannya adalah pengertian dari …
a.       Guru pembelajar
b.      Kolegialitas
c.       Kemampuan dasar
d.      Kolaborasi
7.      Untuk menjadi manusia pembelajar terdapat 5 pilar yaitu rasa ingin tahu, optimis, pandangan visioner, keikhlasan dan konsistensi. Hal tersebut dikemukakan oleh …
a.      Prof. Dr. Sudarwan Danim
b.      Grey
c.       Zahera
d.      Surya
8.      Dalam kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh guru terdapat kemampuan untuk menyusun program pengajaran yang terdiri dari …
a.   Menetapkan tujuan pembelajaran kurikulum
b.      Mengenal kegiatan pengadmnistrsian sekolah
c.       Mengkaji konsep dasar penelitian sekolah
d.      Membimbing siswa yang mengalami kesulitan belajar
9.      Dibawah ini yang bukan merupakan peran lama guru yang harus berubah dan ditinggalkan untuk meningkatkan kualitas pendidikan dan pembelajaran adalah …
a.       Menjadikan murid yang pasif menjdi aktif
b.      Menjaidkan murid yang individualis menjadi kolaboratif
c.       Menjadikan murid yang aktif menjadi pasif
d.      Menjadikan murid yang penghafal menjadi murid yang bisa menemukam berbagai ilmu pengetahuan
10.  Dibawah ini yang merupakan pialr pembelajaran adalah …
a.       Pasif
b.      Individualis
c.       Otoriter
d.      Ikhlas

Minggu, 30 Oktober 2011

Pembaharuan Islam di Indonesia

KEMUHAMMADIYAHAN
PEMBAHARUAN ISLAM DI INDONESIA


Nama Penyusun:
1.     Siti Sofiah (1001105060)
2.     Taufikkul Rachman  (1001105063)
3.     Tiara Ambarwati (1001105065)


PENDIDIKAN EKONOMI ADMINISTRASI PERKANTORAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN III B
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH Prof. Dr. HAMKA
2011
KATA PENGANTAR

            Puji Syukur kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya yang begitu besar sehingga penyusun dapat menyelesaikan tugas Kemuhammadiyahan     yang berjudul “Pembaharuan Islam Di Indonesia”.

            Makalah ini dikerjakan untuk melakukan tugas yang telah diberikan oleh Dosen kami, Bapak Amir  pada mata kuliah Kemuhammadiyahan pada jurusan Ekonomi Administrasi Perkantoran, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.

            Dalam penyelesaian makalah ini, penyusun telah mendapat dukungan, bimbingan, bantuan dan saran dari berbagai pihak. Penyusun mengucapkan terima kasih setulus-tulusnya kepada:
1.      Bapak Amir  selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu dalam kesibukan beliau dan dengan sabar memberikan arahan, pengetahuan serta bimbingan kepada penyusun sehingga sangat membantu dalam menyelesaikan makalah ini.
2.      Teman-Teman terima kasih atas ukhuwah dan kerjasamanya selama ini.
3.      Dan kepada semua pihak yang telah banyak membantu penyusun, yang tidak dapat disebutkan satu persatu.
            Penyusun berharap makalah ini berguna terutama bagi penyusun dan pihak-pihak yang membutuhkan.
            Akhirnya penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu akan bahagia rasanya bila Anda menyampaikan saran-saran untuk memperbaikinya sehingga setidak-tidaknya mendekati kesempurnaan.

                                                                                                        Penyusun 

BAB I
PENDAHULUAN

LATAR BELAKANG :
Yang menjadi factor utama timbulnya tajdid (pembaharuan) islam terutama yang ada di Indonesia adalah keterbelakangan kondisi umat Islam sejak abad ke-12 sampai dengan abad ke-19, bahkan sampai dengan sekarang. Faktor-faktor penyebab keterbelakangan umat Islam sepanjang sejarah berbeda-beda dan tidak hanya satu faktor, tetapi beberapa faktor seperti ambisi perebutan kekuasaan (perpecahan politik), kemorosotan moral terutam pada penguasa yang melenyapkan identitas muslim, korupsi, kemewahan hidup, sistem feudal yang menguasai tanah yang sangat luas,politik adu domba yang dilancarkan pihak lain,kurang atau tidak mengamalkan ajaran agamanya (lemah iman),kemunduran ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dalam buku sejarah peradaban Islam disebutkan bahwa kebangkitan umat Islam di Indonesia terjadi pada abad ke-20 masehi sebagai kelanjutan abad pembaruan di abad sebelumnya. Dimana bangkitnya Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya organisasi Islam baik bersifat keagamaan maupun yang bersifat politik. Organisasi tersebut ntara lain adalah jamiyatul khair,Muhammadiyah,dan Nahdhatul Ulama.
Dengan adanya kebangkitan Islam baik yang bersifat internasional ataupun lokal, khususnya di Indonesia didahului oleh adanya upaya tajdid (pembaruan). Bermula dari soal ubudiyah, paham gerakan tersebut berusaha mengubah paham tradisional, termasuk di dalamnya takhayul dan khurafat. Adapun faktor-faktor yang mendorong lahirnya gerakan ini adalah tidak bersih dan campur aduknya kehidupan agama Islam di Indonesia,tidak efisiensinya lembaga-lembaga pendidikan agama Islam,meningkatnya aktivitas misi-misi katolik dan protestan,sikap acuh tak acuh golongan intelgensia terhadap Islam,pengaruh kolonialisme terhadap keadaan politik, ekonomi, sosial umat Islam di Indonesia.
Pada prinsipnya pembaruan berintikan pikiran dan gerakan untuk menyesuaikan paham-paham keagamaan Islam dengan perkembangan baru yang ditimbulkan oleh kemajuan ilmu dan teknologi.

BAB II
PEMBAHASAN

Telah dijelaskan bahwa dalam buku sejarah peradaban Islam disebutkan bahwa kebangkitan umat Islam di Indonesia terjadi pada abad ke-20 masehi sebagai kelanjutan abad pembaruan di abad sebelumnya. Dimana bangkitnya Islam di Indonesia ditandai dengan munculnya organisasi Islam baik bersifat keagamaan maupun yang bersifat politik. Organisasi-organisasi tersebut antara lain: Jamiyatul khair,Muhammadiyah,Nahdatul Ulama, dan lain-lain.
A.                Jamiyatul Khair
Organisasi sosial yang berperan dalam melakukan perubahan sistem atau lembaga pendidikan Islam terutama di Jakarta. Lengkapnya Al-Jamiatul Khairiyah. Merupakan organisasi pendidikan Islam tertua di Jakarta, didirikan tahun 1901 dengan peran besar para ulama asal Arab Hadramaut dan juga pemuda Alawiyyin, seperti Habib Abubakar bin Ali bin Abubakar bin Umar Shahab, Sayid Muhammad Al-Fakir Ibn. Abn. Al Rahman Al Mansyur, Idrus bin Ahmad Shahab, Ali bin Ahmad Shahab, Abubakar bin Abdullah Alatas, Muhammad bin Abdurrahman Shahab, Abubakar bin Muhammad Alhabsyi dan Syechan bin Ahmad Shahab. Di tangan ulama-ulama inilah Jamiatul Khair tumbuh pesat.
Sebenarnya pada tahun 1901 Jamiatul Khair belum mendapat izin dari pemerintah Belanda. Tujuan organisasi adalah mengembangkan pendidikan agama Islam dan bahasa Arab. Oleh karena perhimpunan tersebut kekurangan tenaga guru, maka pada konggresnya tahun 1911, diantara satu keputusannya adalah memasukkan guru-guru agama dan Bahasa Arab dari luar negeri. Kemajuan Jamiatul Khair tersebut menambah kepercayaan masyarakat Islam di Jakarta (dan Jawa umumnya) serta daerah sekitarnya.
Organisasi Pembaharuan Islam ini berkantor di daerah Pekojan di Tanjung Priok (Jakarta). Oleh karena perkembangannya dari waktu ke waktu semakin pesat, maka pusat organisasi ini dipindahkan dari Pekojan ke Jl. Karet, Tanah Abang. Organisasi ini dikenal banyak melahirkan tokoh-tokoh Islam, terdiri dari tokoh-tokoh gerakan pembaharuan agama Islam antara lain, Kyai Haji Ahmad Dahlan (pendiri Muhammadiyah), HOS Tjokroaminoto (pendiri Syarikat Islam), H. Samanhudi (tokoh Sarekat Dagang Islam), dan H. Agus Salim. Bahkan beberapa tokoh perintis kemerdekaan juga merupakan anggota atau setidaknya mempunyai hubungan dekat dengan Jamiatul Khair.
Awalnya memusatkan usahanya pada pendidikan, namun kemudian memperluasnya dengan dakwah dan penerbitan surat kabar harian Utusan Hindia di bawah pimpinan Haji Umar Said Cokroaminoto (Maret 1913). Kegiatan organisasi juga meluas dengan mendirikan Panti Asuhan Piatu Daarul Aitam. Di Tanah Abang, Habib Abubakar bersama sejumlah Alawiyyin juga mendirikan sekolah untuk putra (aulad) di Jl. Karet dan putri (banat) di Jl. Kebon Melati serta cabang Jamiatul Khair di Tanah Tinggi Senen.
Pemimpin-pemimpin Jamiatul Khair mempunyai hubungan yang luas dengan luar negeri, terutama negeri-negeri Islam seperti Mesir dan Turki. Mereka mendatangkan majalah-majalah dan surat-surat kabar yang dapat membangkitkan nasionalisme Indonesia, seperti Al-Mu'ayat, Al-Liwa, Al-ittihad dan lainnya. Tahun 1903 Jamiatul Khair mengajukan permohonan untuk diakui sebagai sebuah organisasi atau perkumpulan dan tahun 1905 permohonan itu dikabulkan oleh Pemerintah Hindia Belanda dengan catatan tidak boleh membuka cabang-cabangnya di luar di Batavia.
B.                 Muhammadiyah
Bulan Dzulhijjah (8 Dzulhijjah 1330 H) atau November (18 November 1912 M) merupakan lahirnya Muhammadiyah, kepeloporan pemurnian sekaligus pembaruan Islam yang didirikan oleh Kyai Haji Ahmad Dahlan atau Muhammad Darwis dari kota santri Kauman Yogyakarta.Kata ”Muhammadiyah” secara bahasa berarti ”pengikut Nabi Muhammad”. Penggunaan kata ”Muhammadiyah” dimaksudkan untuk menisbahkan (menghubungkan) dengan ajaran dan jejak perjuangan Nabi Muhammad. Setelah menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci dan bermukim pada tahun 1903, Kyai Dahlan mulai menyemaikan benih pembaruan di Tanah Air. Gagasan pembaruan itu diperoleh Kyai Dahlan setelah berguru kepada ulama-ulama Indonesia yang bermukim di Mekkah seperti Syeikh Ahmad Khatib dari Minangkabau, Kyai Nawawi dari Banten, Kyai Mas Abdullah dari Surabaya, dan Kyai Fakih dari Maskumambang  juga setelah membaca pemikiran-pemikiran para pembaru Islam seperti Ibn Taimiyah, Muhammad bin Abdil Wahhab, Jamaluddin Al-Afghani, Muhammad Abduh, dan Rasyid Ridha. Dengan interaksi selama bermukim di Saudi Arabia dan bacaan atas karya-karya para pembaru pemikiran Islam itu telah menanamkan benih ide-ide pembaruan dalam diri Kyai Dahlan. Jadi sekembalinya dari Arab Saudi, Kyai Dahlan justru membawa ide dan gerakan pembaruan.
Gagasan untuk mendirikan organisasi Muhammadiyah tersebut selain untuk mengaktualisasikan pikiran-pikiran pembaruan Kyai Dahlan, menurut Adaby Darban (2000: 13) secara praktis-organisatoris untuk mewadahi dan memayungi sekolah Madrasah Ibtidaiyah Diniyah Islamiyah, yang didirikannya pada 1 Desember 1911. Sekolah tersebut merupakan rintisan lanjutan dari ”sekolah” (kegiatan Kyai Dahlan dalam menjelaskan ajaran Islam) yang dikembangkan Kyai Dahlan secara informal dalam memberikan pelajaran yang mengandung ilmu agama Islam dan pengetahuan umum di beranda rumahnya. Dalam tulisan Djarnawi Hadikusuma yang didirikan pada tahun 1911 di kampung Kauman Yogyakarta tersebut, merupakan ”Sekolah Muhammadiyah”, yakni sebuah sekolah agama, yang tidak diselenggarakan di surau seperti pada umumnya kegiatan umat Islam waktu itu, tetapi bertempat di dalam sebuah gedung milik ayah Kyai Dahlan, dengan menggunakan meja dan papan tulis, yang mengajarkan agama dengan dengan cara baru, juga diajarkan ilmu-ilmu umum.
 
Kelahiran Muhammadiyah sebagaimana digambarkan itu melekat dengan sikap, pemikiran, dan langkah Kyai Dahlan sebagai pendirinya, yang mampu memadukan paham Islam yang ingin kembali pada Al-Quran dan Sunnah Nabi dengan orientasi tajdid yang membuka pintu ijtihad untuk kemajuan, sehingga memberi karakter yang khas dari kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah di kemudian hari. Kyai Dahlan, sebagaimana para pembaru Islam lainnya, tetapi dengan tipikal yang khas, memiliki cita-cita membebaskan umat Islam dari keterbelakangan dan membangun kehidupan yang berkemajuan melalui tajdid (pembaruan) yang meliputi aspek-aspek tauhid (‘aqidah), ibadah, mu’amalah, dan pemahaman terhadap ajaran Islam dan kehidupan umat Islam, dengan mengembalikan kepada sumbernya yang aseli yakni Al-Quran dan Sunnah Nabi yang Shakhih, dengan membuka ijtihad.Mengenai langkah pembaruan Kyai Dahlan, yang merintis lahirnya Muhammadiyah di Kampung Kauman, Adaby Darban (2000: 31) menyimpulkan hasil temuan penelitiannya sebagai berikut:”Dalam bidang tauhid, K.H A. Dahlan ingin membersihkan aqidah Islam dari segala macam syirik, dalam bidang ibadah, membersihkan cara-cara ibadah dari bid’ah, dalam bidang mumalah, membersihkan kepercayaan dari khurafat, serta dalam bidang pemahaman terhadap ajaran Islam, ia merombak taklid untuk kemudian memberikan kebebasan dalam ber-ijtihad.”.
 
Adapun langkah pembaruan yang bersifat ”reformasi” ialah dalam merintis pendidikan ”modern” yang memadukan pelajaran agama dan umum. Menurut Kuntowijoyo, gagasan pendidikan yang dipelopori Kyai Dahlan, merupakan pembaruan karena mampu mengintegrasikan aspek ”iman” dan ”kemajuan”, sehingga dihasilkan sosok generasi muslim terpelajar yang mampu hidup di zaman modern tanpa terpecah kepribadiannya (Kuntowijoyo, 1985: 36). Lembaga pendidikan Islam ”modern” bahkan menjadi ciri utama kelahiran dan perkembangan Muhammadiyah, yang membedakannya dari lembaga pondok pesantren kala itu. Pendidikan Islam “modern” itulah yang di belakang hari diadopsi dan menjadi lembaga pendidikan umat Islam secara ዑሙም Langkah ini pada masa lalu merupakan gerak pembaruan yang sukses, yang mampu melahirkan generasi terpelajar Muslim, yang jika diukur dengan keberhasilan umat Islam saat ini tentu saja akan lain, karena konteksnya berbeda.Kyai Dahlan juga peduli dalam memblok umat Islam agar tidak menjadi korban misi Zending Kristen, tetapi dengan cara yang cerdas dan elegan. Kyai mengajak diskusi dan debat secara langsung dan terbuka dengan sejumlah pendeta di sekitar Yogyakarta. Dengan pemahaman adanya kemiripan selain perbedaan antara Al-Quran sebagai Kutab Suci umat Islam dengan kitab-kitab suci sebelumnya, Kyai Dahlan menganjurkan atau mendorong ”umat Islam untuk mengkaji semua agama secara rasional untuk menemukan kebenaran yang inheren dalam ajaran-ajarannya”, sehingga Kyai pendiri Muhammadiyah ini misalnya beranggapan bahwadiskusi-diskusi tentang Kristen boleh dilakukan di masjid (Jainuri, 2002: 78) .Kepeloporan pembaruan Kyai Dahlan yang menjadi tonggak berdirinya Muhammadiyah juga ditunjukkan dengan merintis gerakan perempuan ‘Aisyiyah tahun 1917, yang ide dasarnya dari pandangan Kyai agar perempuan muslim tidak hanya berada di dalam rumah, tetapi harus giat di masyarakat dan secara khusus menanamkan ajaran Islam serta memajukan kehidupan kaum perempuan. Langkah pembaruan ini yang membedakan Kyai Dahlan dari pembaru Islam lain, yang tidak dilakukan oleh Afghani, Abduh, Ahmad Khan, dan lain-lain.Kelahiran Muhammadiyah dengan gagasan-gagasan cerdas dan pembaruan dari pendirinya, Kyai Haji Ahmad Dahlan, didorong oleh dan atas pergumulannya dalam menghadapi kenyataan hidup umat Islam dan masyarakat Indonesia kala itu, yang juga menjadi tantangan untuk dihadapi dan dipecahkan.Karena itu, jika disimpulkan, bahwa berdirinya Muhammadiyah adalah karena alasan-alasan dan tujuan-tujuan sebagai berikut: Membersihkan Islam di Indonesia dari pengaruh dan kebiasaan yang bukan Islam, Reformulasi doktrin Islam dengan pandangan alam pikiran modern, Reformulasi ajaran dan pendidikan Islam dan mempertahankan Islam dari pengaruh dan serangan luar.
 
A.                Nahdatul Ulama
Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama atau Kebangkitan Cendekiawan Islam), disingkat NU, adalah sebuah organisasi Islam yang terbesar nomer 1 di Indonesia. Organisasi ini berdiri pada 31 Januari 1926 dan bergerak di bidang pendidikan, sosial, dan ekonomi.Keterbelakangan baik secara mental, maupun ekonomi yang dialami bangsa Indonesia, akibat penjajahan maupun akibat kungkungan tradisi, telah menggugah kesadaran kaum terpelajar untuk memperjuangkan martabat bangsa ini, melalui jalan pendidikan dan organisasi. Gerakan yang muncul 1908 tersebut dikenal dengan "Kebangkitan Nasional". Semangat kebangkitan memang terus menyebar ke mana-mana - setelah rakyat pribumi sadar terhadap penderitaan dan ketertinggalannya dengan bangsa lain. Sebagai jawabannya, muncullah berbagai organisasi pendidikan dan pembebasan.Kalangan pesantren yang selama ini gigih melawan kolonialisme, merespon kebangkitan nasional tersebut dengan membentuk organisasi pergerakan, seperti Nahdlatul Wathan (Kebangkitan Tanah Air) pada 1916. Kemudian pada tahun 1918 didirikan Taswirul Afkar atau dikenal juga dengan "Nahdlatul Fikri" (kebangkitan pemikiran), sebagai wahana pendidikan sosial politik kaum dan keagamaan kaum santri. Dari situ kemudian didirikan Nahdlatut Tujjar, (pergerakan kaum saudagar). Serikat itu dijadikan basis untuk memperbaiki perekonomian rakyat. Dengan adanya Nahdlatul Tujjar itu, maka Taswirul Afkar, selain tampil sebagai kelompok studi juga menjadi lembaga pendidikan yang berkembang sangat pesat dan memiliki cabang di beberapa kota.Berangkan komite dan berbagai organisasi yang bersifat embrional dan ad hoc, maka setelah itu dirasa perlu untuk membentuk organisasi yang lebih mencakup dan lebih sistematis, untuk mengantisipasi perkembangan zaman. Maka setelah berkordinasi dengan berbagai kyai, akhirnya muncul kesepakatan untuk membentuk organisasi yang bernama Nahdlatul Ulama (Kebangkitan Ulama) pada 16 Rajab 1344 H (31 Januari 1926). Organisasi ini dipimpin oleh K.H. Hasyim Asy'ari sebagai Rais Akbar.Untuk menegaskan prisip dasar organisasi ini, maka K.H. Hasyim Asy'ari merumuskan kitab Qanun Asasi (prinsip dasar), kemudian juga merumuskan kitab I'tiqad Ahlussunnah Wal Jamaah. Kedua kitab tersebut kemudian diejawantahkan dalam khittah NU, yang dijadikan sebagai dasar dan rujukan warga NU dalam berpikir dan bertindak dalam bidang sosial, keagamaan dan politik.NU menganut paham Ahlussunah waljama'ah, sebuah pola pikir yang mengambil jalan tengah antara ekstrem aqli (rasionalis) dengan kaum ekstrem naqli (skripturalis). Karena itu sumber pemikiran bagi NU tidak hanya al-Qur'an, sunnah, tetapi juga menggunakan kemampuan akal ditambah dengan realitas empirik. Cara berpikir semacam itu dirujuk dari pemikir terdahulu seperti Abu Hasan Al-Asy'ari dan Abu Mansur Al-Maturidi dalam bidang teologi. Kemudian dalam bidang fiqih lebih cenderung mengikuti mazhab: imam Syafi'i dan mengakui tiga madzhab yang lain: imam Hanafi, imam Maliki,dan imam Hanbali sebagaimana yang tergambar dalam lambang NU berbintang 4 di bawah. Sementara dalam bidang tasawuf, mengembangkan metode Al-Ghazali dan Junaid Al-Baghdadi, yang mengintegrasikan antara tasawuf dengan syariat.Gagasan kembali kekhittah pada tahun 1984, merupakan momentum penting untuk menafsirkan kembali ajaran ahlussunnah wal jamaah, serta merumuskan kembali metode berpikir, baik dalam bidang fikih maupun sosial. Serta merumuskankembali hubungan NU dengan negara. Gerakan tersebut berhasil kembali membangkitkan gairah pemikiran dan dinamika sosial dalam NU.